Byurr... terdengar suara sesuatu jatuh ke sungai tapi bukan anak-anak yang sedang bermandi-mandi ria atau orang yang sedang menjala ikan, melainkan tumpukan sampah yang dengan sengaja dibuang ke sungai sebagai tempat pembuangan akhir masyarakat. Ya beginilah potret keseharian masyarakat di tepian sungai Kedukan.
Sungai ini bermuara di sungai Musi yang merupakan sungai kebanggan masyarakat Kota Palembang. Selain dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-sehari, dahulu sungai ini juga digunakan sebagai jalur transportasi dan perdagangan masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Air yang jernih dan ikan yang melimpah kian menambah fungsi sungai sebagai jantung peradaban masyarakat tepian sungai dimasa itu. Tapi sekarang keadaan sudah jauh berbeda. Sungai yang dulunya bening dengan aneka jenis ikan ada di dalamnya. Sungai yang dulunya tempat kami dan anak-anak lainnya bermandi ria, sungai yang dulunya menjadi tempat favorit para pemancing tuk mengisi waktu senggang mereka, kini berubah menjadi tempat pembuangan sampah. Dimana-mana yang tampak hanya tumpukan sampah yang menyebarkan aroma yang tidak sedap. Warnanya yang hitam pekat semakin membuat wajah sungai yang dulunya asri kini jorok dan menjijikkan.
Aku heran, dengan tingkat ekonomi dan intelektual yang sama seperti kebanyakan orang-orang kota lainnya masyarakat di sekitar bantaran sungai Kedukan ini seolah tak menyadari akan pentingnya menjaga kelestarian sungai mereka. Bahkan mereka asyik dengan kecuekan mereka akan dampak yang ditimbulkan oleh sungai yang kotor seperti itu. Pertanyaannya, siapa yang mesti disalahkan?
Yang lucunya lagi, ketika ditanya, kebanyakan mereka menjawab "percuma, saya tidak membuang sampah di sungai. Tapi yang lain membuang sampah di sungai, lebih baik masa bodo aja!" kata mereka.
Wahh.. rupanya bukan ibadah saja yang bisa berjamaah, buang sampah juga ternyata berjamaah.
Dibutuhkan ketegasan semua pihak untuk menyadarkan warga yang sudah terlanjur larut dengan kebodohan mereka khususnya pemerintah melalui dinas terkaitnya. Jika hal ini dibiarkan terus menerus sudah pasti akan menjadi bom waktu yang akhirnya akan menghancurkan mereka sendiri.
Himbauan kepada pemerintah buat perda yang mengatur dan sanksi yang tegas bagi masyarakat yang masih melanggar. Setiap seminggu sekali diwajibkan bagi warga bantaran sungai khususnya untuk melakukan kerja bakti membersihkan sungai, jangan lupa siapkan tempat sampah sekaligus mobil sampahnya yang selalu siaga untuk mengangkut sampah masyarakat bantaran sungai.
Terakhir, adakan sosialisasi rutin tentang pentingya menjaga kelestarian sungai. Siapkan anggaran khusus untuk menata sungai agar tetap asri serta alami. Mungkin kalau hal ini diterapkan, mudah-mudahan sedikit demi sedikit akan menyadarkan masyarakat bantaran sungai akan kebodohan mereka.
Sekarang tinggal kebijakan dan kesadaran semua pihak untuk menjaga warisan alam ini demi kesinambungan hidup dan mewariskan sungai yang asri untuk anak cucu kita nanti.
Akhir kata, saya harap semoga kelak sungai Kedukan ini akan menjadi sungai yang asri seperti dulu yang membuat warganya rindu untuk selalu berada di tepiannya.
Tag :
berita
0 Komentar untuk "Wajah Sungaiku Kini"